Sabtu, 28 Januari 2012

Sakit itu Menggugurkan Dosa

                Beberapa hari lalu, saya mendapat pesan singkat dari seorang sahabat. Isinya begini: “Rasanya saya putus asa, tidak sanggup. Semakin hari semakin lemas.” Saya membalas pesan itu dengan memberi semangat agar ia bersabar dengan sakitnya. Memang, hampir lima bulan terakhir, kondisi tubuhnya lemah. Katanya, jika lagi kambuh, rasa sakit di kepalanya hampir tak tertahankan. Meski secara fisik kelihatan sehat, sehari-hari ia hanya bisa berbaring di tempat tidurnya. Duduk pun tidak bisa lama. Apalagi berjalan, ia harus dipapah.

Keluarga sudah mencoba upaya medis untuk kesembuhannya. Tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Namun, hasilnya kurang memuaskan. Pengobatan alternatif pun sudah pernah dijalani, tapi tidak banyak membantu. Terakhir, ia dibawa berobat ke Makassar. Anehnya, hasil diagnosis normal.
Dalam keadaan sakit, seseorang selain mengeluhkan penderitaan fisik, juga biasanya disertai guncangan jiwa. Kecemasan atau ketakutan ini dapat menyebabkan timbulnya stres psikis yang justru akan melemahkan respon daya tahan tubuh dan mempersulit proses penyembuhannya. Rasa putus asa pun menyergap karena tipisnya keimanan. Bagi mereka yang pendek akal, muncul keinginan untuk mengakhiri hidupnya. Menghadapi kondisi seperti ini, bimbingan ruhani sangat diperlukan agar jiwanya tidak terguncang dan menjadi lebih kuat. Hal tersebut akan membantu proses kesembuhannya.

Saya teringat pada kisah tentang seorang wanita ahli surga. Adalah wanita berkulit hitam yang pernah datang kepada Muhammad Saw. Waktu itu ia berkata, “Ya Rasulullah, saya mempunyai penyakit ayan, dan aurat saya terbuka kerenanya. Karena itu, mohonkanlah kepada Allah agar penyakit saya sembuh.”

Nabi Saw kemudian berkata, “Apabila kamu mau bersabar, maka kamu akan masuk surga. Namun, apabila kamu tetap meminta, maka saya pun akan berdoa kepada Allah agar engkau sembuh dari penyakitmu.”

Wanita itu menjawab, “Kalau begitu, saya akan bersabar.” Kemudian wanita itu berkata lagi, “Sesungguhnya aurat saya terbuka karenanya, mohonkanlah kepada Allah agar aurat saya tidak terbuka lagi.” Maka Nabi Saw pun berdoa untuknya agar auratnya tidak terbuka.

Betapa banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit. Secara tidak sadar, ia menganggap penyakit yang dideritanya itu sebagai malapetaka yang dijatuhkan kepadanya. Tidak sedikit pula orang yang tatkala ditimpa penyakit menjadi putus asa, kehilangan pegangan, bahkan berburuk sangka kepada Sang Khaliq. Lalu timbul rasa tidak puas kepada-Nya. Dia merasa bahwa dengan sakitnya itu, Allah bersikap tidak adil padanya. Padahal boleh jadi dengan sakit itu, Allah hendak menguji keimanannya agar ia bersabar dan dosa-dosanya berguguran. “Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan, atau kesedihan, kecuali dengan itu Allah menggugurkan dosa-dosanya seperti pohon menggugurkan daun-daunnya,” begitu sabda Nabi Saw.

Kini sahabat saya itu sedang menjalani pengobatan alternatif lagi. Saya berharap usahanya kali ini berbuah hasil. Dalam hati saya berdoa untuknya, “Syafakallah syifaan ajilan, syifaan laa yughadiru ba’dahu saqaman.” Semoga Allah menyembuhkanmu secepatnya, dengan kesembuhan yang tiada sakit setelahnya. (mEngen)

Sumber: http://smu4kendari.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar