Senin, 30 April 2012

Nama-Nama Wali Songo

1. Sunan Giri ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Paku / Ainul Yaqien

2. Sunan Bonang ( Dikenal )

Nama Asli :Raden Maulana Makdum Ibrahim

3. Sunan Ampel ( Dikenal )

Nama Asli : Raden Rachmad

4. Sunan Drajat ( Dikenal )

Nama Asli : Raden Qosim Syarifuddin

5. Sunan Muria ( Dikenal )

Nama Asli : Raden Syaid

6. Sunan Gunung Jati ( Dikenal )

Nama Asli : Fatahilah / Fattahillah / Syarif Hidayatullah

7. Sunan Gresik ( Dikenal )

Nama Asli : Maulana Malik Ibrahim

8. Sunan Kudus ( Dikenal )

Nama Asli : Raden Ja'far Sodik

9. Sunan Kalijaga ( Dikenal )

Nama Asli : Raden Mas Syahid

Perempuan Berkalung Sorban

Bagaimana jika seorang perempuan
memperjuangkan eksistensinya di tengah budaya yang menempatkan lelaki sebagai
superior?
Hanung Bramantyo berusaha menjawabnya lewat film berjudul “Perempuan
Berkalung Sorban”. Film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Abidah El
Khalieqy berdurasi 2 jam 10 menit ini, seolah menjadi penanda bagi seorang
Hanung. Bahwa ia mapan mengangkat tema-tema berbalut  religi seperti karya sebelumnya, “Ayat-Ayat Cinta”.

Anak Kyai
Dikisahkan, Anissa, anak seorang
Kyai di sebuah pesantren di Jombang, Jawa Timur, menggugat perlakuan keluarga
dan lingkungannya. Ia menggugat kenapa dirinya selalu dibeda-bedakan dengan
lelaki. Kenapa ia tidak boleh melakukan 
yang boleh dilakukan lelaki? Seperti menunggang kuda atau menjadi ketua
kelas.
perempuan berkalung sorban1
Sebagai wanita ia hanya dianggap nomor dua. Keluarga dan budaya
pesantren yang dijalaninya menekankan bahwa tugas seorang wanita hanya melayani
suami dan mengurus keluarga, lain tidak.
Anissa yang diperankan cukup
berhasil oleh Revalina S Temat, terpaksa harus menerima kenyataan
tersebut,  tumbuh menjadi wanita yang
hidup dibawah bayang-bayang budaya yang mengangkat supremasi lelaki.
Puncaknya ia dipaksa menikah oleh
ayahnya, Kyai Haji Hanan (Joshua Pandelaky), dengan Syamsudin (Reza Rahdian),
lelaki yang tak dicintainya. Padahal saat bersamaan, ia diterima di sebuah
perguruan tinggi di Jogya. Tapi keinginannya untuk kuliah terbentur keinginan
Ayahnya yang keras. Anissa pun terpaksa menikah dengan Syamsudin.
Sebelumnya Anissa punya sahabat
dekat yang tak lain pamannya sendiri, Khudori (diperankan Oka Antara), tapi
pamannya itu pergi belajar ke Kairo. Dan selama 7 tahun Anissa hanya
berhubungan lewat surat
dengan Khudori.
Selama menjalani perkawinan
dengan Syamsudin, Anissa tak bahagia. Syamsudin adalah lelaki yang sama sekali
tak mengerti perasaan perempuan. Ia selalu menuntut agar dilayani kapanpun dia
mau. Anissa tersiksa. Tapi sebagai wanita muslim yang taat, ia berusaha
melayani suami sebaik mungkin. Bahkan ketika Syamsudin menikah lagi dengan Kalsum
(Francine Roosenda).

Perzinahan
Beberapa waktu kemudian, Khudori
kembali dari Kairo dan melakukan pertemuan rahasia dengan Anissa di Pesantren Al Huda. Anissa menggugat kepergian Khudori tujuh tahun lalu. Dia yakin tak akan menjalani hidup sepahit ini jika
saja Khudori tak pergi meninggalkannya dulu.
Anissa meminta Khudori segera menikahkannya. Tapi pertemuan
itu diketahui Syamsudin. Mereka kemudian diusir dari Pesantren karena
dituduh berzinah. Karena peristiwa itu, Kyai Haji Hanan meninggal
dunia.
perempuan berkalung sorban 2
Adegan berlanjut dengan kehidupan
baru Anissa di Jogya setelah bercerai. Anissa meneruskan cita-citanya, yakni
kuliah di Jogya. Sementara Khudori entah pergi kemana. Di
Jogya Anissa memulai hidup baru, ia bekerja sambilan menulis cerpen.
Suatu ketika, Khudori datang
menemui Anissa ke Jogja. Pertemuan itu membuat benih-benih cinta keduanya
tumbuh kembali. Meski Anissa belum mampu menghilangkan trauma perkawinan masa
lalu, namun akhirnya Anissa menerima pinangan Khudori.
Mereka lalu kembali ke pesantren
Al Huda. Selama di Pesantren, Anissa perlahan-lahan
menumbuhkan minat  membaca para santri
perempuan. Anissa kerap membagi-bagikan buku yang menurut pesantren, termasuk ‘buku berbahaya’.
Tindakan ini ditentang kakak-kakak
Anisa yang mengurus Pesantren sepeninggal Ayahnya. Tapi Anissa keukeh, bahkan
ia berniat membuat perpustakaan di pesantren itu. Ditengah usahanya,
Anissa lagi-lagi harus menerima kenyataan pahit. Khudori meninggal dunia karena
kecelakaan.
Ia lalu memutuskan kembali ke
Jogya dan bekerja sebagai konsultan lembaga bantuan hukum untuk kaum perempuan.
‘Gairah’ baru yang dihembuskan Anissa di pesantren itu, ternyata menginspirasi
tiga orang santri wanita yang kemudian kabur dari pesantren.
Anissa kembali ke pesantren sembari
membawa tiga santri yang kabur itu. Usaha dan kegigihan Anissa akhirnya
berbuah. Ia berhasil membangun perpustakaan di pesantren itu.

Sinematografi
Menurut alur cerita, film ini
dapat dibagi menjadi tiga segmen, pertama kehidupan awal Anissa di Pesantren.
Kedua saat Anissa menikah dengan Syamsudin dan ketiga saat Anissa menikah
dengan Khudori dan  kembali ke pesantren.
Ketiga segmen cukup runtut dikemas Hanung. 
Terlepas bagaimana isi novelnya, jelas banyak unsur dramatisasi yang
dibuat Hanung untuk mempertegas cerita. Namun terutama di segmen kedua
ketika Anissa berumahtangga dengan Syamsudin, banyak adegan
yang sebetulnya bisa dibuang karena tak berpengaruh pada keutuhan cerita.
Misalnya
saat Kalsum dan Syamsudin sedang berhubungan suami istri dan Anissa mendengar
rintihan mereka dari luar kamar. Terkesan malah persoalan sekslah yang menjadi
pangkal persoalan rumah  tangga Anissa,
baik ketika menikah dengan Syamsudian hingga menikah dengan Khudori.
Padahal
jika digali lebih dalam, banyak narasi
yang bisa dikembangkan. Kenapa Anissa tidak bahagia dengan Syamsudin dan
tidak bisa membahagiakan Khudori pada awal-awal pernikahan? Dan jawabannya
menjadi berkesan dangkal–jika dibanding megahnya tema–yakni ternyata soal
kebutuhan seks.
Di sisi lain, pergulatan ketika
Anissa bermetamorfosa menjadi wanita tegar, kurang dibuat detil. Padahal ini bisa memperkuat
‘roh’ film ini.
Seperti layaknya film laga dimana saat sang jagoan bangkit
perlahan dengan tubuh berdarah-darah–adegan itu selalu tunggu
penonton–, justru di film ini kondisi macam itu tak
tergambar jelas.
perempuan berkalung sorban 3
Dan sekali lagi, entah memang dari novelnya atau bukan, ada banyak
adegan yang bisa ditebak. Seperti saat Syamsudin memergoki Anissa dan Khudori berduaan
di sebuah saung, atau ketika Khudori mengucapkan kata-kata terakhir sebelum
kecelakaan.
Dalam adegan kecelakaan pun, Hanung mencoba ‘bermain’ dengan
menampilkan sosok misterius yang menabrak Khudori dan akhirnya justru tak dituntaskan Hanung siapa pengendara mobil itu. Hanung membiarkan
penonton berpikir sendiri, meski secara eksplisit ada satu adegan yang
mengungkapkan pelakunya.   
Terlepas dari semua itu, Hanung memang bukan
sutradara kemarin sore. Ia cukup apik  menjaga
‘nafas’ film ini sehingga penonton enggan beranjak dari kursi meski
durasinya cukup panjang. 
Dari segi
sinematografi, kemampuan Hanung menterjemahkan novel kedalam layar lebar sulit
terbantahkan. Ia sama sekali tak gagap mengangkat terminologi-terminologi
agama, dan tanpa kuatirnya ia berkreasi dengan anasir-anasir dirinya dalam
memahami budaya pesantren.
Dan memang demikianlah
seharusnya, karya kreasi tak perlu memikirkan batas-batas. Batas-batas itu
muncul dengan sendirinya saat kita mampu mempertanggungjawabkan karya
kita.   

 sumber : http://kabarinews.com/2009/01/13/k-video-perempuan-berkalung-sorban/

Sabtu, 28 April 2012

Lir Ilir

Lir-ilir, lir-ilir
tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…

Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Pohon sudah mulai bersemi,
Demikian menghijau bagaikan gairah pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,?
walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) disisihkan
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…
 
Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)


sumber : http://anggacoz.wordpress.com/2008/03/28/lir-ilir-tembang-para-wali-tanah-jawi/

Rabu, 25 April 2012

Allah Bersama Orang yang Sabar

Sabar adalah satu sifat yang mulia. Dengan sifat sabar, kita bisa merubah lawan menjadi teman. Orang-orang yang sabar mempunyai keuntungan yang besar:

„Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.“ [Fushilat:34-35]

Allah menjanjikan surga kepada orang-orang yang sabar:

„Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.“ [Ali Imran:133-134]

Ketika Abu Bakar tersinggung pada kerabatnya yang turut menyiarkan fitnah terhadap anaknya ‚Aisyah dan ingin menghentikan bantuan, turun ayat Allah yang melarang itu:

„Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“ [An Nuur:122]

Memaafkan orang bisa mendapat pahala dan lebih utama:

„Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.“ [Asy Syuura:40] 

„Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.“ [Asy Syuura:43]

„Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa.“ [An Nisaa’:149]

Kadang dalam rangka taushiyah/dakwah orang sering berkata-kata buruk terhadap orang yang tidak sepaham. Padahal dalam surat Al Ashr kita diperintahkan untuk melakukannya dengan cara yang baik dan dengan kesabaran:

„kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.“ [Al Ashr:3]

Allah tidak suka dengan orang yang suka mencaci orang lain:

„Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ [An Nisaa’:148] 

Allah cinta dan bersama dengan orang-orang yang sabar:

„Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.“ [Al Anfaal:46]

Allah menyuruh kita sabar dan melarang kita marah meski kita dalam keadaan benar. Lihat bagaimana Allah mengecam Nabi Yunus yang marah kepada ummatnya yang jelas-jelas kafir:
„Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).“ [Al Qalam:48]

Menjadi orang yang sabar memang sulit. Sangat sulit. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kekuatan bagi kita hingga bisa jadi orang yang sabar dan dekat denganNya.
Di bawah adalah doa agar diberi Allah kesabaran dan wafat dengan akhir yang baik (Husnul Khatimah) di mana kita bukan hanya dicintai Allah, tapi juga manusia:

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A'raaf 126]

Wassalamu’alaikum wr wb
sumber :http://syiarislam.wordpress.com/2007/09/14/allah-bersama-orang-yang-sabar/

Selasa, 24 April 2012

TEMBANG PITUTUR WALISONGO

GEMA ADZAN (PANGGILAN ILLAHI)

ternyata begitu nikmatjalankan
segala perintah Mu
Walaupun banyak rintangan
tuk menghadapkan wajah ke hadiratmu

Indahnya dunia ini
membuat daku terlena
berkerja terus berkarya
tak kenal waktu dan tak kenal lelah

Reff:
Gema adzan Subuh (kami lelp tertidur)
gema adzan Dhuhur (kami sibuk bekerja)
gema adzan Ashar (masih geluti dunia)
Ya Roobb pantaskah surga untu ku
Gema adzan magrib (Kami diperjalanan)
gema adzan Isya' (luluh lntak tubuhku)

Aku yang lalai
Aku yang sombong ,enggan bersujud padamu
Robbi maafkan kami (Allahuma khlis)
Ampuni kami (Allahumaf tah)
tunjukan kami (Allahumar kham)
Jalan Mu Tuhan

doa; Robighfirli, warkhamni,waj burni,warfa'ni,
warzukni, wahdfini ,...wa afini wafu'ani......


NYANYIAN JIWA

Subkhanallah....
Wal khamdulillah
allahuakbar
hanya allah yang mahabesar

innalillahi.....semua pasti kembali
tinggalkan bumi ini
menuju alam abadi

Reff:
selagi masih ada waktu
sebut nama Tuhanmu
panjatkan puji dan syukur
sayangi sesamamu

Selalu ingat dan waspada
Arungi hidup ini
berdzikir dan berdoa
pada yang maha kuasa
berdzikir pagi dan petang
agar hidup jadi tentram

Allahuakbar allah maha besar
subkhanalloh maha suci Allah
Allahuakbar Allah maha besar
Subkhanallah maha suci Allah


RINDU ROSULL

Rinduku padamu ya Rosul
Ingin ku bertemu
berdebar rasa hatiku
mendengar sabda qudus Mu

Lembutnya tutur sapa Mu
Damaikan hati manusia
mungkinkah dapat ku gapai
Rinduku padamu ya Roosul

Muhammad habibullah
Muhammad utusan Allah

Reff
Engkau teladan Umat manusia
tak pernah engkau berdusta
engkau sahabat kaum dhuafa'
sempurna dalam kata
sempurna dalam ahlaq
dalam mengabarkan firman kebenaran Tuhan

Amar makruf nahi mungkar
ahrijna min dhulumatil ila nur
ahrijna min dhulumatil ila Nur

Andaikan bulan ditangan kirimu
Atau Matahari di tangan kananmu
Tak mampu meluluhkan ketegaran hatimu
dalam mengabarkan firman
kebenaran Tuhan

sumber : http://www.gusnuril.net/index.php/pemikiran/92-tembang-pitutur-walisongo

“MALU” PELAJARAN DARI PARA NABI

Wednesday, 04 April 2012 08:38

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُولَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ "
Telah bersabda Rosulallah SAW : sesunggunya diantara yang manusia temukan dari ajaran kenabian terdahulu adalah ; “apabila kamu tidak malu , berbuatlah sesukamu” (HR: Bukhori dari Abu Mas’ud. No 6120)

Hadits yang ditegaskan Nabi SAW sebagai ajaran para Nabi sejak lama ini , memilki tiga makna :

Pertama, Jika anda memang tidak punya malu, silahkan perbuat apa saja sesuka anda, toh anda sendiri yang akan merasakannya. Pemaknaan seperti ini adalah pemaknaan Tahdid dan Wa’id; Perintah yang bermakna ancaman dan  peringatan. Sama dengan firman Allah SWT :

فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ
Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia .. (QS : Azzumar : 15)

Perintah ini bukanlah menurut arti yang sebenarnya, tetapi sebagai pernyataan kemurkaan Allah SWT terhadap kaum musyrikin yang telah berkali-kali diajak kepada tauhid tetapi mereka selalu ingkar. Hal yang sama juga berlaku pada firman Allah SWT yang ditujukan kepada orang-orang yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah SWT :

اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِير
…Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia maha melihat apa yang kamu kerjakan (QS : Fushilat : 40)

Kedua, perintah dalam hadits diatas hakikatnya bermakna berita, yaitu sebagai sebuah berita dari Nabi SAW bahwa orang-orang yang tidak mempunyai malu akan berbuat apa saja semaunya, tidak jauh berbeda dengan hadits Nabi SAW berikut ini :

وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّار
Barang siapa yang berdusta atas namuku, bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di Neraka (HR : Bukhori. Dari Abi Hurairoh. No 110)

Maksud hadit diatas bukan perintah biasa, melainkan sebagai berita bahwa siapa yang berdusta mengatasnamakan Nabi SAW akan masuk Neraka.

Ketiga, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Nawawi ,perintah Nabi SAW diatas merupakan isyarat yang jelas bahwa malu adalah standar kebaikan. Yaitu jika untuk melakukan suatu pekerjaan kita tidak merasa malu ,maka kerjakanlah karena pekerjaan itu pasti baik, dan jika  pekerjaan itu jelek kita pasti malu untuk mengerjakannya. Imam Nawawi menjelaskan lebih lanjut , hal itu disebabkan pekerjaan yang wajib dan sunah tentu malu untuk ditinggalkan, sedangkan pekerjaan yang haram dan makruh tentu malu untuk dikerjakan. Jadi kalau kita tidak merasa malu untuk mengerjkannya, kerjakanlah karena pasti pekerjaan itu tidak haram dan tidak makruh. Kalau tidak wajib dan sunnah, maka pasti itu mubah.

Penjelasan Ibnu Hajar terkait pernyataan Busyair bahwa ada malu yang mengantarkan seseorang pada kejelekan, menemukan pembenarnya dalam hadits riwayat Bukhori. Dalam kitab shohihnya , Imam Bukhori mencantumkan satu bab yang berjudul “Tidak boleh merasa malu dari kebenaran, agar bisa tafaqquh fiddin” yang kemudian beliu memasukkan kedua riwayat berikut ini dalam bab tersebut :

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: جَاءَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحِي مِنَ الحَقِّ، فَهَلْ عَلَى المَرْأَةِ غُسْلٌ إِذَا احْتَلَمَتْ؟ فَقَالَ: «نَعَمْ، إِذَا رَأَتِ المَاءَ»
Dari Ummu Salamah ra, berkata : Ummu Sulaim datang kepada Rosulallah SAW lalu berkata : wahai Rosulallah sesungguhnya Allah tidak malu dari kebaikan. Apakah wanita juga harus mandi apabila ia ihtilam (mimpi basah)? Nabi SAW menjawab : ya, apabila ia melihat air mani. (HR : Bukhori . no 6121)

قَالَ اِبْنُ عُمَرَ :قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَثَلُ المُؤْمِنِ كَمَثَلِ شَجَرَةٍ خَضْرَاءَ، لاَ يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَلاَ يَتَحَاتُّ» فَقَالَ القَوْمُ: هِيَ شَجَرَةُ كَذَا، هِيَ شَجَرَةُ كَذَا، فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ: هِيَ النَّخْلَةُ، وَأَنَا غُلاَمٌ شَابٌّ فَاسْتَحْيَيْتُ، فَقَالَ: «هِيَ النَّخْلَةُ» وَعَنْ شُعْبَةَ، حَدَّثَنَا خُبَيْبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ: مِثْلَهُ، وَزَادَ: فَحَدَّثْتُ بِهِ عُمَرَ فَقَالَ: لَوْ كُنْتَ قُلْتَهَا لَكَانَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ كَذَا وَكَذَا
Ibnu Umar ra berkata : bersabda Nabi SAW :” Perumpamaan seorang mu’min itu seperti sebuah pohon hijau yang tidak berguguran daunnya dan tidak mengering”, orang-orang waktu itu menebak pohon ini, pohon itu, aku ingin sekali menjawab bahwa pohon itu pohon kurma, tetapi Karen aku masih muda belia aku pun malu . dan ternyata beliau menjawab : Pohon kurma. (Riwayat Syu’bah , dari Khubaib ibnu Abdurrahman , dari Hafs ibnu ‘Ashim , dari Umar , seperti diatas tetapi ada tambahan) aku lalu menceritakannya kepada Umar , ia pun berkata : “sesungguhnya saja kamu berani mengatakannya tentu lebih aku sukai daripada ini dan itu (menurut Ibnu Hajar yang dimaksudnya waktu itu adalah lebih baik daripada unta merah)” (HR : Bukhori . no 6122)

Artinya Imam Bukhori hendak memberitahukan kepada kita bahwa jika ada diantara kita yang enggan atau malas memperdalam agama dengan alasan malu, maka itu bukan haya’(malu) , yang dimaksudkan Nabi SAW, justru berdasarkan konsep haya’ seperti disinggung diatas, orang tersebut sebenarnya adalah orang yang tidak punya malu. Seharusnya ia bersemangat memperdalam ilmu agama, ini malah enggan dan malas. Tidak punya malu !.

sumber : http://www.fiqhsunnah.com/akhlaq/malu-pelajaran-dari-para-nabi.html

NABI MUHAMMAD s.a.w DENGAN PENGEMIS BUTA


“Wahai saudaraku! Jangan engkau dekati Muhammad itu. Dia orang gila. Dia pembohong. Dia tukang sihir. Jika engkau mendekatinya, engkau akan dipengaruhinya dan engkau akan menjadi seperti dia,” kata seorang pengemis buta Yahudi berulang-ulang kali di satu sudut pasar di Madinah pada setiap pagi sambil tangannya menadah meminta belas orang yang lalu-lalang.
Orang yang lalu-lalang di pasar itu ada yang menghulurkan sedekah kerana kasihan malah ada juga yang tidak mempedulikannya langsung.
Pada setiap pagi, kata-kata menghina Rasulullah SAW itu tidak lekang daripada mulutnya seolah-olah mengingatkan kepada orang ramai supaya jangan terpedaya dengan ajaran Rasulullah SAW. Seperti biasa juga, Rasulullah SAW ke pasar Madinah. Apabila baginda sampai, baginda terus mendapatkan pengemis buta Yahudi itu lalu menyuapkan makanan ke mulutnya dengan lembut dan bersopan tanpa berkata apa-apa.
Pengemis buta Yahudi yang tidak pernah bertanya siapakah yang menyuapkan itu begitu berselera sekali apabila ada orang yang baik hati memberi dan menyuapkan makanan ke mulutnya.
Perbuatan baginda itu dilakukannya setiap hari sehinggalah baginda wafat. Sejak kewafatan baginda, tidak ada sesiapa yang sudi menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu setiap pagi.
Pada satu pagi, Saidina Abu Bakar ra pergi ke rumah anaknya, Siti Aisyah yang juga merupakan isteri Rasulullah SAW untuk bertanyakan sesuatu kepadanya.
“Wahai anakku Aisyah, apakah kebiasaan yang Muhammad lakukan yang aku tidak lakukan?”, tanya Saidina Abu Bakar ra sebaik duduk di dalam rumah Aisyah.
“Ayahandaku, boleh dikatakan apa sahaja yang Rasulullah lakukan, ayahanda telah lakukan kecuali satu,” beritahu Aisyah sambil melayan ayahandanya dengan hidangan yang tersedia.
“Apakah dia wahai anakku, Aisyah?”
“Setiap pagi Rasulullah akan membawa makanan untuk seorang pengemis buta Yahudi di satu sudut di pasar Madinah dan menyuapkan makanan ke mulutnya. Sejak pemergian Rasulullah, sudah tentu tidak ada sesiapa lagi yang menyuapkan makanan kepada pengemis itu,” beritahu Aisyah kepada ayahandanya seolah-olah kasihan dengan nasib pengemis itu.
“Kalau begitu, ayahanda akan lakukan seperti apa yang Muhammad lakukan setiap pagi. Kamu sediakanlah makanan yang selalu dibawa oleh Muhammad untuk pengemis itu,” beritahu Saidina Abu Bakar ra kepada anaknya.
Pada keesokan harinya, Saidina Abu BAkar ra membawakan makanan yang sama seperti apa yang Rasulullah SAW bawakan untuk pengemis itu sebelum ini. Setelah puas mencari, akhirnya beliau bertemu juga dengan pengemis buta itu. Saidina Abu Bakar ra segera menghampiri dan terus menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu.
“Hei… Siapakah kamu? Berani kamu menyuapku?” Pengemis buta itu mengherdik Saidina Abu Bakar ra. Pengemis buta itu terasa lain benar perbuatan Saidina Abu Bakar ra itu seperti kebiasaan.
“Akulah orang yang selalu menyuapmu setiap pagi,” jawab Saidina Abu Bakar ra sambil memerhatikan wajah pengemis buta itu yang nampak marah.
“Bukan! Kamu bukan orang yang selalu menyuapku setiap pagi. Perbuatan orang itu terlalu lembut dan bersopan. Aku dapat merasakannya, dia terlebih dahulu akan menghaluskan makanan itu kemudian barulah menyuap ke mulutku. Tapi kali ini aku terasa sangat susah aku hendak menelannya,” balas pengemis buta itu lagi sambil menolak tangan Saidina Abu Bakar ra yang masih memegang makanan itu.
“Ya, aku mengaku. Aku bukan orang yang biasa menyuapmu setiap pagi. Aku adalah sahabatnya. Aku menggantikan tempatnya,” beritahu Saidina Abu Bakar ra sambil mengesat air matanya yang sedih.
“Tetapi ke manakah perginya orang itu dan siapakah dia?”, tanya pengemis buta itu.
“Dia ialah Muhammad Rasulullah. Dia telah kembali ke rahmatullah. Sebab itulah aku yang menggantikan tempatnya,” jelas Saidina Abu Bakar ra dengan harapan pengemis itu berpuas hati.
“Dia Muhammad Rasulullah?”, kata pengemis itu dengan suara yang terkedu.
“Mengapa kamu terkejut? Dia insan yang sangat mulia,” beritahu Saidina Abu Bakar ra. Tidak semena-mena pengemis itu menangis sepuas-puasnya. Setelah agak reda, barulah dia bersuara.
“Benarkah dia Muhammad Rasulullah?”, pengemis buta itu mengulangi pertanyaannya seolah-olah tidak percaya dengan berita yang baru didengarnya itu.
“Ya benar. Kamu tidak percaya?”
“Selama ini aku menghinanya, aku memfitnahnya tetapi dia sedikit pun tidak pernah memarahiku malah dia terus juga menyuap makanan ke mulutku dengan sopan dan lembut. Sekarang aku telah kehilangannya sebelum sempat memohon ampun kepadanya,” ujar pengemis itu sambil menangis teresak-esak.
“Dia memang insan yang sangat mulia. Kamu tidak akan berjumpa dengan manusia semulia itu selepas ini kerana dia telah pun meninggalkan kita,” beritahu Saidina Abu Bakar ra.
“Kalau begitu, aku mahu kamu menjadi saksi. Aku ingin mengucapkan kalimah syahadah dan aku memohon keampunan Allah,” ujar pengemis buta itu.
Selepas peristiwa itu, pengemis itu telah memeluk Islam di hadapan Saidina Abu Bakar ra. Keperibadian Rasulullah SAW telah memikat jiwa pengemis itu untuk mengakui ke-Esaan Allah..



http://harmoni-my.org/

Senin, 23 April 2012

NABI YUNUS a.s. DITELAN IKAN NUN

Yunus bin Matta adalah seorang nabi yang di utuskan oleh Allah s.w.t untuk berdakwah di sebuah tempat bernama Niwana. Nabi Yunus seorang pendatang ke Niwana semata-mata atas perintah Allah s.w.t untuk berdakwah kepada penduduknya.

Nabi Yunus mendapati penduduk Niwana merupakan manusia yang menyekutukan Allah dengan menyembah berhala. Nabi Yunus mengajar mereka tentang ilmu tauhid dan keimanan. Nabi Yunus juga memberi nasihat kepada mereka tentang kebodohan mereka menyembah berhala sedangkan berhala itu adalah hasil buatan manusia. Nabi Yunus menasihatkan mereka bahawa berhala tersebut tidak dapat memberi apa-apa manfaat kerana berhala itu tidak boleh bergerak dan berkata- kata. Nabi Yunus mengingatkan mereka supaya menyembah Allah s.w.t yang telah menciptakan manusia dan Allah sajalah yang wajib ditaati.

Oleh kerana ajaran yang di bawa oleh Nabi Yunus itu ajaran baru, maka tidak ramai manusia yang mahu menerimanya. Mereka lebih suka menyembah berhala-berhala yang di sembah oleh datuk nenek mereka secara turun temurun. Walaupun Nabi Yunus memberi nasihat, tetapi mereka tetap berkeras dengan berkata "Ini adalah Tuhan kami (yakni berhala-berhala), datuk nenek kami telah lama menyembah tuhan-tuhan kami dan kami tetap tidak akan berganjak dari meninggalkan agama kami".

Nabi Yunus berkata "Aku hanya menyampai apa yang Allah menyuruh aku sampaikan kepada kamu semua, oleh itu kamu beriman dan bertauhidlah menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah s.w.t". Berkata Nabi Yunus lagi "Aku ini hanyalah pesuruh yang mana Allah s.w.t telah perintahkan kepadaku supaya menyelamatkan kamu semua daripada lembah kesesatan dan lembah kegelapan serta menyiarkan kepada kamu tentang agama yang suci bersih lagi murni dan membersihkan hati-hati kamu dari kufur dan syirik, demi untuk kebaikan kamu di dunia dan di akhirat."

Walaupaun Nabi Yunus telah memberi nasihat serta pengajaran supaya kembali ke pangkal jalan, mereka tetap dengan pendiriannya dan berkata "walau apa sekalipun kamu katakan kepada kami, kami tetap tidak akan berganjak dari agama kami dan kami juga tidak takut walau apa pun ancaman yang kamu katakan dan kalau mahu cubalah datangkan ancaman itu kepada kami, kalau kamu memang orang yang benar."

Setelah Nabi Yunus melihat keadaan mereka yang tidak menerima peringatannya itu, maka Nabi Yunus pun meninggalkan Niwana dengan rasa amat marah. Nabi Yunus berdoa kepada Allah supaya mereka yang keras kepala menerima hukuman yang sewajarnya. Sejak Nabi Yunus meninggalkan Niwana mereka gelisah melihatkan perubahan yang berlaku di tempat tinggal masing-masing.

Penduduk melihat Niwawa mengalami kegelapan, binatang peliharaan mereka juga seperti tidak tenteram dan di tambah pula dengan angin yang sangat kuat serta guruh yang mengegarkan. Dengan berlakunya perkara-perkara ini maka tahulah mereka bahawa ajaran yang dibawa oleh Nabi Yunus itu adalah ajaran yang benar dan bukan satu ajaran yang direka. Akhirnya mereka menyesal dan keluar beramai-ramai dari kota pergi ke bukit lalu meminta ampun dan rahmat Allah s.w.t agar dijauhkan daripada sebarang malapetaka.

Allah s.w.t Maha Mengetahui akan hambaNya yang menyesal dan mohon ampun dariNya, maka Allah s.w.t pun menerima permintaan mereka, lalu Niwana yang gelap bertukar menjadi cerah, binatang ternakan tidak lagi dalam ketakutan dan mereka kembali tenang. Akhirnya mereka semua kembali dengan bersyukur kepada Allah s.w.t yang telah menyelamatkan mereka dari bahaya malapetaka. Nabi Yunus telah meninggalkan Niwana membawa diri tanpa tujuan.

Baginda naik bukit turun bulit, naik gunung turun gunung dan akhirnya ia sampai di pantai. Kebetulan pada masa itu dia melihat sebuah kapal hendak belayar, maka dia pun menghampiri pemilik kapal itu untuk turut serta belayar bersamanya. Setelah diberi keizinan maka Nabi Yunus menumpang kapal tersebut. Dalam pelayaran itu, kapal yang ditumpangi Nabi Yunus telah dilanda ribut taufan yang kuat.

Oleh itu kapten kapal telah memutuskan supaya barang yang dibawa hendaklah dikurangkan. Ini termasuk penghuni kapal kapal tersebut. Satu pengundian telah dibuat dan dalam undian tersebut Nabi Yunus dipilih sebagai orang yang harus dibuang ke laut. Oleh sebab Nabi Yunus adalah orang yang sangat dihormati dan disanjung, maka mereka mengadakan pemilihan sekali lagi dan kali kedua Nabi Yunus tetap terpilih.

Maka mereka mengundi sekali lagi dan akhirnya Nabi Yunus tahu bahawa ia adalah kehendak Allah. Nabi Yunus memikirkan kesalahannya kerana meninggalkan Niwana tanpa mendapat persetujuan Allah. Ia berfikir keputusan undi itu adalah disebabkan untuk menebus dosa yang telah dilakukannya. Nabi Yunus beristikharah, tanpa ragu-ragu Nabi Yunus terjun ke dalam laut yang sedang bergelombang ganas.

Ketika Nabi Yunus sedang berlawan dengan gelombang, maka Allah s.w.t mengarahkan seekor ikan nun (yu) supaya menelan Nabi Yunus hidup- hidup, maka ikan nun yang muncul itu pun menelan Nabi Yunus dan menyimpannya dalam perut tanpa ada cacat-celanya. Ketika Nani Yunus berada dalam perut ikan nun dia berdoa kepada Allah supaya mengampuni dosa yang telah dilakukan. Lalu Nabi Yunus membaca doa: "Tidak ada Tuhan yang benar di sembah hanya Engkau ya Allah, mahasuci Engkau aku adalah orang yang membuat zalim atas diriku."

Maka Allah perkenankan permintaannya dan Allah lepaskan dia daripada kedukaan. Demikianlah Allah selamatkan orang yang beriman. Rasulullah bersabda maksudnya:

"Nama tuhan yang mulia, siapa yang berdoa dengan nama itu akan diperkenankan doanya. Siapa yang meminta dengan nama itu, akan diberi apa yang diucapkan oleh Nabi Yunus dalam perut ikan nun." Firman Allah bermaksud "Jika tidak kerana dia (Nabi Yunus) daripada orang yang selalu mengucapkan tasbih, nescaya tidaklah ia dapat keluar dari perut ikan sampai hari kiamat."

Setelah beberapa lama Nabi Yunus berada dalam perut ikan nun, maka Allah pun melemparkan Nabi Yunus ke darat. Di tempat Nabi Yunus dilemparkan Allah menghidupkan pokok labu yang dapat Nabi Yunus bernaung di bawahnya dan dapat pula ia makan buat tersebut dan kembali segar. Ketika Nabi Yunus dilemparkan ke darat keadaannya amat letih.

Setelah Nabi Yunus berasa segar kembali maka Allah telah memerintahkannya supaya kembali ke Niwana. Nabi Yunus terkejut kerana penduduk sedang menanti kepulangannya. Penduduk tersebut meminta Nabi Yunus mengajar untuk menyempurnakan akidah dan imam mereka. Nabi Yunus berasa hairan kerana penduduk Niwana dahulunya terdiri daripada orang yang ingkar dengan perintah Allah tetapi kini hidup dan mati mereka semata-mata kerana Allah. 


http://harmoni-my.org/arkib/kisahnabi/index.htm#page=kisahnabinuhas.htm

Sabtu, 21 April 2012

Hari Kartini .....

Siapa sebenarnya R.A Kartini? Berikut ini saya kutipkan secara singkat beliau dari Wikipedia. Selamat membaca :

Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Sosroningrat, bupati Jepara. Beliau putri R.M. Sosroningrat dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Kala itu poligami adalah suatu hal yang biasa. Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat, pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Teluwakur, Jepara. Peraturan Kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, Raden Adipati Joyodiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. 
 
Sumber :http://bukucatatan-part1.blogspot.com/2009/04/sejarah-hari-kartini.html
 
>>>>> hari ini juga hari bersejarah untukku .........selain bertepatan ulang tahun kakakku juga aku kedatangan seseorang dalam hidupku ........21 april 2009 <<<<<

Minggu, 08 April 2012

Peristiwa 8 April


tak terasa sudah 3 tahun setelah pertemuan di masjid pada sore itu ....

tepatnya 8 april 2009 sekitaran jam 5 sore soalnya nunggu dia puang dari kampus, aku bertemu dengan dia pada sore itu disebuah masjid setiap aku melewati masjid itu aku pasti teringat dengan dia,
tahun ke 2 aku juga menunggunanya ditempat sepeti biasa di masjid itu, aku melihatnya hanya lewat didepanku tampaknya dia ketakutan melihatku, akhirnya aku pulang dengan rasa sedikit bahagia karena bisa melihat dia meskipun hanya sekejap, tak terasa tahun ke 2 berlalu sudah tahun 2011 aku pun menunggu di tempat biasa tuk menunggu sosok bidadari yang akan lewat di depanku, belum sampai melihat dia datang aku pikir pikir untuk pulang karena aku ingat tahun kemarin dia melihatku seperti ketakutan aku putuskan untuk pulang dengan rasa resah hati dan rindu .....

kini 8 april 2012 aku tulis kenangan indah itu di blog ini ......
salam rindu tiada tara dan tetesan air mata rasa bangga aku kepadamu .......

aku juga teringat tika aku di musholah itu kau duduk didekat ku betapa berdebar hatiku bagai gempa, ku pegang tanganmu untuk merasakan betapa dag dig dug hatiku bila ada didekatmu. mungkinkah ada waktu meski sedetik kau untuk duduk didekatku.
kau dan aku pulang bersama pertamanya aku yang ada dibeakang mengikutimu tapi setelah itu aku kau suruh untuk di depan, karena seorang laki-laki gak boleh berjalan dibeakang nya seorang perempuan.
dan kau mengirim pesan " gak nyesel ketemu sama aku, makasih udah menemani aku pulang, eh ........disensor......bagi dikit dong" aku menjawab "aku gak nyesel kog makasih udah  nemenin ... ya wes besok aku bagiin tapi dikit aja"

dan waktu ketemuan di kuburan gak jelas blas masa ketemuan dijalan kuburan dan setiap ku lewat kuburan itu aku pasti ingat denganmu.

I love/miss U anak gebang ..... semoga kita waktu akan mempertemukan kita kelak ditempat pertama kita bertemu .... amien Ya Robb