Rabu, 27 Juli 2011

Hilangnya Seorang Gadis

Aku kenal dia ..........
Dalam Suatu masa ..........
Dia .. nya tersenyum
Melambaikan tangannya

Kusayangi dia ..........
Dalam segalanya ..........
Tapi kini ia pergi ..........
Entah kemana

Inilah kisah sedih yang aku alami
Hilangnya gadis suci yang aku kasihi

Kusayangi dia ..........
Dalam Segalanya ..........
Tapi kini ia pergi
Entah Kemana ..........

Dalam Hati ..........
Dalam Hati ..........

Jumat, 22 Juli 2011

PERSIAPAN MENGHADAPI BULAN RAMADHAN

Tak terasa setahun berlalu sebentar lagi pun kita akan bertemu dengan bulan ramadhan.
Semoga ramadhan ini kita bisa selalu meningkatkan kualitas ibadah kita untuk menjadi lebih baik.
Semoga postingan ini bermanfaat.
 
Oleh : Ustadz Abdul Hasib Lc. (Pemimpin Yayasan Perguruan (ma’had) Al Hikmah, Bangka, Jak-Sel)

I. BULAN RAMADHAN
Bulan Ramadhan yang insya Allah sebentar lagi akan kita masuki, adalah bulan yang sangat mulia, bulan tarbiyah (pembinaan) untuk mencapai derajat yang paling tinggi, paling mulia: derajat taqwa.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS Al Baqarah: 183).
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa.” (QS Al Hujurat: 13).
Predikat taqwa ini tidak mudah untuk diperoleh. Ia baru akan diperoleh manakala seseorang melakukan persiapan yang cukup, dan mengisi bulan Ramadhan itu dengan berbagai kegiatan yang baik dan mensikapinya dengan benar.

II. MINIMAL ADA TIGA HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN
Minimal ada tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong bulan Ramadhan yang penuh berkah itu:

1. Persiapan Ruh dan Jasad.
Dengan cara mengkondisikan diri agar pada bulan Sya’ban (bulan sebelum Ramadhan) kita telah terbiasa dengan berpuasa. Sehingga kondisi ruhiyah imaniyah meningkat, dan tubuh sudah terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika kita memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut bulanRamadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak phisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali berpuasa, seperti: lemah badan, demam atau panas dingin dan sebagainya.

Rasulullah saw menganjurkan kepada kita agar kita memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya’ban ini dengan cara memberikan contoh langsung danaplikatif. ‘Aisyah RadhiyaLlahu ‘anha berkata: ”Rasulullah saw berpuasa, sampai-sampai kami mengiranya tidak pernah meninggalkannya”. Demikian dalam riwayat Bukhari dan Muslim.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa: ”Beliau melakukan puasa sunnah bulan Sya’ban sebulan penuh, beliau sambung bulan
itu dengan Ramadhan”. (Hadits shahih diriwayatkan oleh para ulama’ hadits, lihat Riyadhush-Shalihin, Fathul Bari, Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain).

Anjuran tersebut dikuatkan lagi dengan menyebutkan keutamaan bulan Sya’ban. Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya: ”Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya’ban ini?” Beliau saw menjawab: ”Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah swt Rabbul ‘Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa”. (HR An-Nasa-i).

2. Persiapan Materi.
Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun Cuma sebuah kurma, seteguk air atau sesendok mentega.

Rasulullah saw pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.

Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas RadhiyaLlahu ‘anhu: ”Sungguh, Rasulullah saw saat bertemu dengan malaikat Jibril, lebih derma dari pada angin yang dilepaskan”. (HR Muttafaqun ‘alaih).
Santunan dan sikap ini sudah barang tentu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali manakala jauh sebelum Ramadhan telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai.
 
3. Persiapan Fikri (Persepsi).
Minimal persiapan fikri ini meliputi dua hal, yaitu:
1.      Mempunyai persepsi yang utuh tentang Ramadhan dan keutamaan bulan Ramadhan.
2.     Dapat memanfaatkan dan mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang secara logis dan konkrit mengantarkannya untuk mencapai ketaqwaan.

III. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

1. Bulan Tarbiyah (pembinaan) untuk mencapai derajat taqwa.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS Al Baqarah: 183).

2. Bulan diturunkannya Al Qur’an.
Bulan Ramadhan, yang pada bulan itu Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk buat manusia dan penjelasan tentang petunjuk itu, dan sebagai pemisah (yang haq dan yang batil) (QS AlBaqarah: 185).

3. Bulan yang paling utama, bulan penuh berkah.
Bulan yang paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang paling utama adalah hari Jum’at (HR At-Thabarani)
Dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah saw –pada suatu hari, ketika Ramadhan telah tiba- bersabda: “Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah swt memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan Rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan, dan Dia kabulkan do’a. Pada bulan itu Allah swt akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah swt”. (HR Ath-Thabarani)

4. Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas melakukan ketaatan.
Rasulullah saw bersabda: “Shalat lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa, apabila dosa-dosa besar dihindari“. (HR Muslim).
Barang siapa yang melakukan ibadah di malam hari bulan Ramadhan, karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni. (Muttafaqun ‘alaih). Apabila Ramadhan datang, maka pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syaithon-syaithon dibelenggu“. (Muttafqun ‘alaih).

5. Bulan dilipat gandakannya amal shaleh.
Rabb-Mu berkata: ”Setiap perbuatan baik dilipat gandakan pahalanya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai yang melindungi dari api neraka. Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi dari pada parfum misik. Apabila orang bodoh berlaku jahil kepada seseorang diantara kamu yang tengah berpuasa, hendaknya ia katakan: ”Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa”. (HR At-Tirmidzi).

6. Khutbah Rasulullah saw menyongsong bulan suci Ramadhan sebagai bulan mulia, bulan ibadah, bulan santunan.
Dari Salman RadhiyaLlahu ‘anhu, katanya: Rasulullah saw berkhutbah di tengah-tengah kami pada akhir bulan Sya’ban, beliau saw bersabda: ”Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaungi. Bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan sabar, sabar itu balasannya syurga, Ramadhan adalah bulan santunan. Bulan ditambahkannya rizqi orang mukmin. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka kepada seorang yang berpuasa, balasannya adalah ampunan terhadap dosa-dosanya, dirinya dibebaskan dari neraka, dan dia mendapatkan pahala sebesar yang didapat oleh orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang tersebu”t. Sahabat berkomentar, kata mereka: ”Ya Rasulullah, tidak setiap kami memiliki makanan untuk berbuka yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa? Sabda Rasulullah saw: ”Pahala tersebut akan diberikan Allah, meskipun yang diberikan untuk berbuka bagi yang berpuasa hanya satu buah kurma, atau seteguk air, atau sesendok mentega”.

Bulan Ramadhan awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka, siapa yang memberikan keringanan bagi hamba sahayanya pada bulan itu, Allah akan ampuni dosanya, dan dia dibebaskan dari neraka.

Pada bulan ini, perbanyaklah empat hal, dua diantaranya membuat kamu diridhai Rabbmu, dan dua yang lainnya sesuatu yang sangat kamu butuhkan”.

Dua hal yang membuat kamu diridhai Rabbmu adalah:
i. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
ii. Kamu meminta ampunan kepada-Nya.
Sedangkan dua hal lainnya yang sangat kamu butuhkan adalah:
i. Kamu meminta syurga kepada Allah, dan
ii. Kamu minta dilindungi dari neraka.
Siapa yang memberikan minum kepada orang yang berpuasa, Allah akan memberikan minuman kepadanya dari telagaku yang tidak akan menjadi haus sampai dia masuk syurga”. (HR Ibnu Khuzaimah).

7. Ramadhan bulan jihad, bulan kemenangan.
Sejarah mencatat, bahwa pada bulan suci Ramadhan inilah beberapa kesuksesan dan kemenangan besar diraih ummat Islam, yang sekaligus membuktikan bahwa Ramadhan bukan bulan malas dan lemah, tapi merupakan bulan kuat, bulan jihad, bulan kemenangan.
·         Perang Badar Kubro yang diabadikan dalam Al Qur’an sebagai yaumul furqan (hari pembeda antara kebenaran dan kebatilan), dan ummat Islam saat itu meraih kemenangan besar, terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah. Dan saat itu, gembong kebatilan: Abu Jahal, terbunuh.
·         Pada bulan Ramadhan pula fathu Makkah (pembukaan Makkah) terjadi, yang dibadaikan dalam Al Qur’an sebagai Fathan Mubiiina (kemenangan yang nyata), tepatnya pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 (delapan) Hijriyah.
·         Serangkaian peristiwa besar lainnya juga terjadi pada bulan Ramadhan, seperti: beberapa pertempuran dalam perang Tabuk, terjadi pada bulan Ramadhan tahun 9 (sembilan) Hijriyah.
·         Tersebarnya Islam di Yaman pada bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah.
·         Ditaklukkannya Andalus (Spanyol sekarang) di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad pada tanggal 28 Ramadhan tahun 92 Hijriyah.
·         Peperangan ‘Ain Jalut, dimana untuk pertama kalinya pasukan Islam berhasil mengalahkan bangsa Mongol Tartar, yang sebelumnya sempat dianggap mustahil, juga terjadi pada bulan Ramadhan tahun 658 Hijriyah. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

IV. ADAB DAN KIAT MENGISI RAMADHAN

1. Puasa yang baik dilakukan dengan motivasi karena Allah.
Semua amal ibnu Adam adalah untuknya, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat, Allah SWT berfirman: kecuali puasa, ia adalah untuk-KU, dan AKU yang akan membalasnya, sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwatnya, makanannya, dan minumannya demi AKU, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan, sekali waktu berbuka dan sekali lagi waktu bertemu Robbnya, sungguh bau tidak sedap mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi disisi Allah SWT daripada minyak misik“. (lihat Shahih Bukhari hadits no: 1904, dan lihat Shahih Muslim hadits no: 163 bab keutamaan puasa dengan sedikit diringkas).

2. Disunnahkan bagi yang berpuasa agar memperlambat makan sahur, dan mempercepat berbuka.
• “Bersahurlah, sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkahan“. (HR Muslim).
• “Mintalah pertolongan dengan makan sahur agar dapat berpuasa disiang harinya, dan dengan tidur siang, agar dapat qiyamul-lail di malam hari“. (HR Ala Hakim)
• “Ada tiga hal yang dicintai Allah ‘Azza wa jalla: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika shalat“. (HR Ath-Thabarani)
• “Manusia akan selalu dalam keadaan baik, selama mereka menyegerakan berbuka”. (HR Muslim).

3. Berdo’a ketika berbuka.
• “Bagi orang yang berpuasa ketika ia berbuka, do’anya tidak ditolak“. (HR Ibnu Majah).
• ”Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rizqi-Mu aku berbuka, kepada-Mu aku bertawakkal, kepada-Mu aku beriman, dahaga telah hilang, urat-uratpun telah membasah dan pahala telah Engkau tetapkan insya Allah ta’ala. Ya Allah yang Maha Luas karunia-Nya, ampunilah aku, segala puji bagi Allah, yang telah memberikan pertolongan kepadaku, sehingga aku dapat berpuasa dan yang telah memberikan rizqi kepadaku, sehingga aku dapat berbuka”.

4. Memberikan makanan untuk orang yang berbuka puasa.
Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa dan yang berpuasa itu tidak dikurangi pahalanya sedikitpun” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

5. Menjaga mata, telinga danlidah serta anggota-anggota tubuh lainnya dari perbuatan yang tidak ada faedahnya, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa.
• ”Barang siapa yang tidak menjauhkan kata-kata dan perbuatan bohong, maka Allah tidak menerima puasanya”. (HR Bukhari).
• ”Bisa jadi orang yang qiyamul-lail itu hanya mendapatkan meleknya saja dan bisa jadi orang yang berpuasa itu hanya mendapatkan lapar dan hausnya saja.” (HR Ahmad, Ath-Thabarani dan Al Baihaqi dari Ibnu Umar, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Hurairah dengan redaksi sedkit berbeda).

6. Memberikan perhatian yang lebih besar, baik moral ataupun material kepada keluarga dan sanak famili serta memperbanyak sedekah kepada fakir miskin.
Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau saw lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan, ketika bertemu Jibril ‘Alaihis-Salam, sungguh, kedermawanan beliau saat itu lebih kuat daripada angin yang bertiup” (HR Muttafaqun ‘alaih).

7. Meningkatkan kajian tentang Islam, tadarrus, tilawah dan tela’ah Al Qur’an, dzikir, do’a dan amal-amal kebajikan lainnya (QS Al Baqarah: 183 – 187).
Dan Jibril ‘Alaihis-Salam menjumpai nabi saw pada setiap malam bulan Ramadhan, danbeliau mengajaknya bertadarrus Al Qur’an”. (HR Muttafaqun ‘alaih).

8. I’tikaf pada ‘Asyrul Awakhir (10 hari terakhir bulan Ramadhan) dan meningkatkan aktifitas ibadah pada hari-hari tersebut.
Nabi saw apabila memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malam (dengan ibadah), beliau membangunkan keluarganya dan beliau menjauh dari istrinya”.

9. Meningkatkan kesadaran bermuroqobah, merasa diawasi terus oleh Allah swt yang Maha Mengetahui, dan selalu menyadari bahwa diri kita tengah berpuasa, tengah beribadah dalam rangka mencapai ketaqwaan.
Dan agar kamu mengagungkan Allah sesuai dengan apa yang ditunjukkan kepadamu” (QS Al Baqarah: 185).

10. Pandai menentukan skala prioritas amal islami dengan mengutamakan amal-yang lebih penting, lebih banyak manfaatnya dan lebih cepat mengantarkannya ke syurga, baik berupa berjuang di jalan Allah dalam menegakkan kalimat-Nya ataupun berinfaq fi sabilillah, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya. Ketika orang-orang minta dispensasi dari berinfaq dan berjihad, Rasulullah saw bersabda: TIDAK BERSHODAQAH, DAN TIDAK BERJIHAD? JADI, DENGAN APA KAMU INGIN MASUK SYURGA?“

Kamis, 21 Juli 2011

Buat Guruku

Haris Isa - Guruku

Pernah kulihat lelah di bola matamu,
Namun senyum selalu hiasi bibirmu,
Meredam bara emosiku yang menggebu,
Tak patuhimu padahal baik bagiku,

Kau buka mata dan hatiku yang membeku,
Ku genggam dunia dengan memahami ilmu,
Jalan tertatih tak pernah kau tinggalkanku,
Dengan sabarmu ku tahu yang ku tak tahu,

Engkau guruku .....apa kabarmu .....
Walau dimana berada semoga berjuta doa,
Untukmu s'lamanya,

Ajari kepakkan sayapku tuk terbang,
Menuju langit tinggi meraih bintang,
Kau slalu kukenang,

Seluruh pengabdian yang engkau beri,
Meski kucoba dengan sepenuh hati tak akan terganti,
Terima kasih oh guruku,
Kau slalu jadi pahlawanku, 

Persembahan untuk semua guru jadilah kau pahlawanku .......(JazzTeen)

Sabtu, 16 Juli 2011

Malam Nisfu Sya'ban

Amalan-amalan Pada Malam Nisfu Syaban

 

Sabtu, 16 Juli 2010 M / 15 Sya'ban 1932 H
 
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh....
Bismillahirrahmaanirrahiim....

Berikut adalah Pendapat yang dikemukakan oleh Habib Habib Munzir Al Musawwa tentang Amalan-amalan yang dilakukan di Malam Nisfu Syaban:

  1. doa dimalam nisfu sya’ban adalah sunnah, dan memang jelas riwayat dimalam itu adalah ditentukannya takdir2 ketentuan kita hingga 15 sya’ban yg akan datang, walaupun pendapat terkuat adalah malam lailatulqadar, demikian dijelaskan pd Tasfir Imam Attabari, tafsir Imam Ibn Katsir, Tafsir Imam Qurtubi dll.maka doa di malam itu adalah amal yg mulia, namun mengenai membaca Yaasiin 3x itu adalah saran para ulama, jika hal itu dikatakan bid;ah maka hal itu adalah bid;ah hasanah, sebagaimana banyak bid;ah2 hasanah yg juga dilakukan oleh para sahabat ra, karena telah diperbolehkan oleh Rasul saw dg hadits beliau saw :
    “Barangsiapa membuat kebiasaan baru berupa kebaikan maka baginya pahalanya dan pahala orang yg mengikutinya, dan barangsiapa yg membuat kebiasaan buruk berupa kebaikan maka baginya dosanya dan dosan orang yg mengamalkannya” (Shahih Muslim hadits no.1017).maka pelarangan akan hal ini adalah hal yg salah dan batil. Sumber disini 
  2. mengenai doa dimalam nisfu sya’ban adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits2 berikut :
    Sabda Rasulullah saw : “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)berkata Aisyah ra : disuatu malam aku kehilangan Rasul saw, dan kutemukan beliau saw sedang di pekuburan Baqi’, beliau mengangkat kepalanya kearah langit, seraya bersabda : “Sungguh Allah turun ke langit bumi di malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa dosa hamba Nya sebanyak lebih dari jumlah bulu anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad hadits no.24825)berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319). dengan fatwa ini maka kita memperbanyak doa di malam itu, jelas pula bahwa doa tak bisa dilarang kapanpun dan dimanapun, bila mereka melarang doa maka hendaknya mereka menunjukkan dalilnya?,
    bila mereka meminta riwayat cara berdoa, maka alangkah bodohnya mereka tak memahami caranya doa, karena caranya adalah meminta kepada Allah,
    pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan mungkar dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah saw : “sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg halal dilakukan menjadi haram, karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim). Sumber disini
  3. yg paling pokok adalah berdoa, karerna memang ada pendapat para Mufassirin bahwa malam nisfu sya’ban adalah malam ditentukannya banyak takdir kita, walaupun pendapat yg lebih kuat adalah pd malam lailatul qadar,namun bukan berarti pendapat yg pertama ini batil, karena diakui oleh para muhadditsin, bisa saja saya cantumkan seluruh fatwa mereka akan malam nisfu sya’ban beserta bahasa arabnya, namun saya kira tak perlulah kita memperpanjang masalah ini pada orang yg dangkal pemahaman syariahnya, para ulama kita menyarankan membaca surat Yaasiin 3X, itu pula haram seseorang mengingkarinya, kenapa dilarang?, apa dalilnya seseorang membaca surat Alqur’an?,
    melarangnya adalah haram secara mutlak. Sumber disini
  4. Disunnahkan untuk memperbanyak shalat malam di malam Nisfu Sya’ban dan berpuasa keesokannya, sebagaimana Hadits Rasul saw : “Bila sudah masuk Malam Nisfu Syaban maka bangunlah dimalamnya (perbanyak shalat malam dan dzikir) dan berpuasalah disiang harinya, sungguh Allah turun ke langit yg terendah berhadapan dg bumi saat terbenamnya matahari di hari itu (turun ke langit yg terdekat dg bumi = mendekatkan Rahmat Nya kepada hamba Nya), dan berkata: adakah yg beristighfar kuampuni dosanya, adakah yg ditimpa musibah (yg berdoa) hingga kuangkat musibahnya, adakah yg meminta rizki akan kulimpahi rizki, adakah..dan adakah.. (Rasul saw menjelaskan banyak kemuliaan malam itu dari Allah swt menjawab doa doa kita).
    sumber :
    - Tafsir Imam Qurtubi Juz 16 hal 127.
    - Sunan Ibn Maajah hadits no. 1388
    walaupun ada pendapat bahwa riwayat ini tdk shahih, namun baik pula kita banyak bermunajat di malam ini karena Pengampunan Allah tercurah di malam ini, sebagaimana riwayat shahih dibawah ini.dan Rasul saw bersabda bahwa malam Nisfu Sya’ban Allah mengampuni semua hamba Nya kecuali Musyrik dan orang yg suka iri dan dengki/pemfitnah. (Shahih Ibn Hibban hadits no.5667), (Mawarid Dhamaan hadits No.1980) (Sunan Tirmidzi hadits no.739) . Sumber disini

Terima kasih sudah mau membaca : Amalan-amalan Pada Malam Nisfu Syaban
Jangan lupa tinggalkan saran dan kripik pedasnya di kotak komentar, Wallahu'alam bissowab

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh... 
 
dikutip dari :http://abinyaazka.blogspot.com/2010/07/amalan-amalan-pada-malam-nisfu-syaban.html

Jumat, 15 Juli 2011

Doa Nisfu Sya'ban

اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ


"Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan. Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.” Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin.

Semoga Bermanfa'at

Senin, 11 Juli 2011

Keutamaan Bulan Sya’ban

Oleh: Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed

Disunnahkan Memperbanyak Puasa

Masalah keutamaan bulan Sya’ban telah diriwayatkan dalam beberapa hadits, di antaranya dalam Shahih Muslim dari ‘Aisyah رضي الله عنها. Beliau berkata:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطْ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامً فِي شَعْبَانَ. (رواه مسلم)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم berpuasa hingga kami mengatakan beliau صلى الله عليه وسلم tidak pernah berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengatakan bahwa beliau صلى الله عليه وسلم tidak pernah puasa. Namun Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak pernah berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat satu bulan yang paling banyak beliau berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ‘Aisyah رضي الله عنها ditanya tentang puasa Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Beliau رضي الله عنها menjawab:

كَانَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ قَدْ صَامَ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ قَدْ أَفْطَرَ وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطْ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيْلاً. (رواه مسلم)

Beliau صلى الله عليه وسلم berpuasa hingga kami mengatakan beliau selalu berpuas. Dan beliau tidak berpuasa sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak pernah melihat beliau berpuasa yang paling banyak seperti di bulan Sya’ban. Beliau صلى الله عليه وسلم berpuasa hampir seluruhnya. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya kecuali sedikit.” (HR. Muslim)

Bid’ah-bid’ah pada Bulan Sya’ban

1. Bid’ah Shalat Bara’ah/Alfiyyah

Imam Al-Fatani رحمه الله berkata dalam kitabnya Tadzkiratul Maudhu’at: “Di antara hal-hal yang diadakan manusia pada malam nishfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban) adalah shalat alfiyah (shalat seribu raka’at). Seratus raka’at dikerjakan sendiri dan sepuluh raka’at-sepuluh raka’at berikutnya dilakukan secara berjama’ah. Mereka membesar-besarkan malam nishfu Sya’ban melebihi hari Jum’at dan hari raya. Padahal tidak diriwayatkan satu dalil pun dari hadits atau ucapan para shahabat, kecuali dha’if atau maudhu’. Maka janganlah terpedaya dengan disebutkannya perayaan nishfu Sya’ban dalam kitab Quutul Quulub, Al-Ihya’ dan lain-lain.” (As-Sunan wal Mubtada’at, hal. 144)
Al-Iraqi رحمه الله berkata: “Hadits tentang shalat di malam nishfu Sya’ban adalah hadits-hadits batil. Bahkan Ibnul Jauzi رحمه الله memasukkannya ke dalam hadits-hadits maudhu’ (palsu).”

2. Dzikir dan Shalat Khusus pada Malam Nishfu Sya’ban

Adapun dzikir dan shalat khusus pada malam nishfu Sya’ban tidak disunnahkan dan tidak diriwayatkan dalam satu hadits pun yang shahih.
Adapun riwayat yang berbunyi:

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا. (رواه ابن ماجه)

“Jika datang malam pertengahan di bulan Sya’ban, maka shalatlah pada malamnya dan berpuasalah dia siang harinya.” (HR. Ibnu Majah dari ‘Ali رضي الله عنه)
Hadits ini disebutkan dalam catatan kakinya: “Sanadnya dha’if, karena kelemahan rawi yang bernama Ibnu Abi Bisrah. Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in mengatakan bahwa dia memalsukan hadits.” (As-Sunan wal Mubtada’at, hal. 145)

Syaikh Al-Albani رحمه الله menyebutkan hadits di atas palsu (maudhu’) dalam Dha’if Ibnu Majah, 1/294. (pent.)
Berkata Muhammad ‘Abdus Salam Asy-Syuqairi: Adapun shalat enam raka’at pada malam nishfu Sya’ban dengan niat tolak bala, memanjangkan umur, mencukupkan diri dari manusia; demikian pula membaca surat Yasin dan do’a di antara shalat tersebut tidak ragu lagi yang demikian adalah perkara baru (muhdats) dalam agama dan menyelisihi sunnah sayyidul mursalin. (As-Sunan wal Mubtada’at, hal. 145)
Berkata pensyarah kitab Al-Ihya’: “Shalat yang demikian (yakni 6 raka’at pada malam nishfu Sya’ban) sangat terkenal dalam kitab-kitab belakangan dari kitab-kitab sufi. Padahal aku tidak pernah melihat adanya sandaran yang shahih dari sunnah dalam masalah tersebut, demikian pula dalam masalah dzikir-dzikirnya.”
Berkata An-Najm Al-Ghaiti tentang menghidupkan malam nishfu Sya’ban dengan berjama’ah: “Yang demikian diingkari oleh kebanyakan para ulama dari penduduk Hijaz seperti Atha’ ibnu Abi Rabah, Ibnu Abi Malikah dan lain-lain. Demikian pula fuqaha Madinah dan para pengikut Imam Malik. Mereka semua berkata: “Perkara tersebut semuanya bid’ah, tidak disebutkan dalam masalah menghidupkan malam nishfu Sya’ban sedikit pun dari hadits Nabi صلى الله عليه وسلم dan tidak pula dari para shahabatnya.”
Imam Nawawi رحمه الله berkata: “Shalat Rajab dan Sya’ban kedua-duanya adalah bid’ah yang mungkar dan jelek.” (As-Sunan wal Mubtada’at, hal. 145)

3. Do’a Yaa Dzal Manni

Demikian pula bid’ahnya doa khusus pada malam nishfu Sya’ban yang berbunyi:

اللّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يَمن عَلَيْهِ يَا ذَا لْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

Ya Allah, wahai pemilik segala pemberian dan tidak pernah membutuhkan pemberian. Wahai Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi….
Telah diisyaratkan dalam ucapan pensyarah kitab Al-Ihya’ bahwa do’a tersebut tidak ada asalnya dan tidak ada sandarannya.
Demikian pula dikatakan oleh penulis kitab Asnal-Mathalib, bahwa doa itu disusun oleh beberapa orang shalih dari dirinya sendiri. Dikatakan dia adalah Al-Buni.
Tentunya walaupun kita boleh berdoa dengan apa pun yang kita minta kepada Allah, namun tidak boleh mengkhususkan satu doa untuk tanggal tertentu, bulan tertentu tanpa dalil dari hadits-hadits yang shahih.
Maka wahai hamba Allah, jika satu ibadah tidak diperintahkan dalam Al-Qur’an, tidak pula dicontohkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam sunnah, bahkan tidak pula oleh para khalifah-khalifahnya dan seluruh para shahabatnya, maka janganlah kita beribadah dengannya.
Dalam Musnad Imam Syafi’i رحمه الله diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengucapkan talbiyah dengan kalimat:
لَبَّيْكَ إِلَهَ الْحَقّ لَبَّيْكَ
Dalam riwayat lain:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Kemudian diriwayatkan bahwa Sa’ad bin Abi Waqash mendengar beberapa orang dari kaum kerabatnya membaca talbiyah:
يَا ذَا الْمَعَارِجِ
Maka Sa’ad bin Abi Waqash berkata:

إِنَّهُ لَذُوْ الْمَعَارِجِ، وَمَا هَكَذَا كُنَّا نَلْبِي عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Memang benar bahwa Allah memiliki Ma’arij, tetapi tidak demikian kita diajarkan talbiyah pada zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم.”
Atsar ini menunjukkan betapa besar kehati-hatian para shahabat dalam beribadah. Tidak berani merubah kalimat-kalimat apalagi menambahinya. Ketika mendengar sebagian kaum muslimin mengucapkannya dengan kalimat yang berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Nabi صلى الله عليه وسلم -walaupun secara makna benar- mereka menegurnya, seperti apa yang dilakukan oleh Sa’ad bin Abi Waqash di atas.

Nishfu Sya’ban bukan Lailatul Qadar

Berkata Muhammad ‘Abdus Salam Asy-Syuqairi: Adapun pendapat yang mengatakan bahwa malam nishfu Sya’ban adalah malam lailatul qadar, maka itu adalah pendapat yang batil dengan kesepakatan para ulama dari kalangan ahlul hadits dan para peneliti hadits.
Imam Ibnu Katsir رحمه الله juga menyatakan batilnya pendapat ini dalam tafsir beliau.
Imam Ibnul Arabi رحمه الله juga menyatakan -ketika mensyarah hadits Tirmidzi-: Telah disebutkan oleh sebagian penafsir bahwa ayat:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. (القدر: ١)

“Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar.” (Al-Qadr: 1)
Bahwa yang dimaksud adalah malam nishfu Sya’ban.
Ini adalah pendapat batil, karena Allah tidak menurunkan Al-Qur’an pada bulan Sya’ban. Hanya saja Allah سبحانه وتعالى katakan: “Kami turunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar.” Sedangkan malam lailatul qadar adalah pada bulan Ramadhan sebagaimana Allah katakan dalam ayat lain:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدى وَالْفُرْقَانِ… (البقرة: ١٨٥)

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan dan bathil)” (Al-Baqarah: 185) (As-Sunan wal Mubtada’at, hal. 146)
Berarti pendapat ini adalah pendapat yang menentang Al-Qur’an dan pendapat orang yang tidak mengerti apa yang dibicarakan di dalamnya.
Muhammad ‘Abdus Salam Asy-Syuqairi رحمه الله berkata:
Maka aku peringatkan kalian dari kebid’ahan ini, karena sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى juga menyatakan:

فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ. (الدخان: ٤)

“Padanya diputuskan segala perkara-perkara dengan bijak.” (Ad-Dukhan: 4)
Ayat ini menerangkan tentang malam lailatul qadar yang diberkahi yang padanya diputuskan perkara-perkara taqdir dengan adil. Dan ini bukan terjadi pada malam nishfu Sya’ban.
Wallahu ‘alam
 
Catatan:
Perkataan-perkataan para ulama di atas dinukil dari kitab As-Sunan wal Mubtada’at oleh Muhammad ‘Abdus Salam Asy-Syuqairi, hal. 144-146; kitab ini ditaqdim oleh Muhammad Khalil Harras)
(Sumber: Risalah Dakwah Manhaj Salaf Edisi 114/Th. III/16 Rajab 1427H/11 Agustus 2006M, hal. 1-4. Judul: Keutamaan Bulan Sya’ban. Diterbitkan oleh Yayasan Dhiya’us Sunnah, Jl. Dukuh Semar Gg. Putat RT 06 RW 03, Cirebon. Telp. (0231)222185. Penanggung Jawab & Pimpinan Redaksi: Ustadz Muhammad Umar As-Sewed; Sekretaris: Ahmad Fauzan/Abu Urwah, HP 081564634143; Sirkulasi/pemasaran: Abu ‘Abdirrahman Arief Subekti, HP 081564690956. Dinukil untuk http://akhwat.web.id)

dikutip dari : http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/fiqh-ibadah/keutamaan-bulan-syaban/

BULAN SYA'BAN, BULAN MEMPERBANYAK PUASA DAN MEMBACA AL-QUR'AN


Syaikh DR.Ridho Busyamah (*)
Segala Puji milik Allah yang menggantikan siang dengan malam dan sebaliknya,menjadikan hari-hari dan waktu untuk melakukan ketaatan dan menggapai derajat pahala.Tidaklah berakhir satu musim ketaatan kecuali Allah munculkan dengan musim lain untuk memperbaharui iman dan ketergantungan kepada Allah al wahid al qohhar.
Dan saat ini kita memasuki bulan dari bulan-bulan ketaatan namun kebanyakan manusia melalaikannya .Nabi Ash Shodiqul Masduq(yang benar dan dibenarkan) telah mengabarkan demikian ketika ditanya oleh Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu

قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ: ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ العَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Wahai Rasulullah mengapa aku tidak melihat engkau berpuasa dalam satu bulan, seperti engkau berpuasa dibulan Sya’ban ini? Rasul menjawab :”Sya’ban adalah bulan antara rajab dan ramadhan yang dilalaikan oleh manusia.Di bulan Sya’ban ini diangkat amal-amal kepada Rabbul Alamin.Maka aku suka untuk diangkat amalan ku sedangkan aku sedang berpuasa.Diriwayatkan An Nasai dalam As-Sunan (2356)dan dihasankan oleh Al Albani dalam Al Irwa’ (4/103)

Adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam memperbanyak shaum di bulan Sya’ban sebagaimana yang disampaikan oleh Aisyah radhiallahu ‘anha

كانَ رسولُ الله صلى الله عليه وسلم يَصُومُ حتَّى نَقُولُ لاَ يُفطِرْ، ويُفْطِرُ حتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ، فمَا رَأَيتُ رَسولَ الله صلى الله عليه وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهرٍ إلاَّ رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكثَرَ صِيَامًا مِنهُ في شَعْبانَ»
 
Adalah Rasulullah berpuasa sampai-sampai kami mengira beliau tidak berbuka dan sebaliknya berbuka sampai dikira tidak pernah berpuasa.Saya tidak melihat beliau berpuasa penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan tidak aku lihat beliau memperbanyak puasa seperti di bulan Sya’ban (Bukhari 1969 dan Muslim 2721)
Dan Aisyah meriwayatkan pula

لَمْ يَكُن النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كلَّهُ وَكانَ يَقُولُ: خُذُوا مِنَ العَمَلِ مَا تُطِيقُونَ، فإنَّ اللهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا
 
Tidaklah Nabi shalallahu a’laihi wasalam berpuasa lebih banyak kecuali dibulan Sya’ban,maka sesungguhnya beliau berpuasa Sya’ban sepanjang bulan dan berkata “Kerjakanlah amalan yang kalian mampu sesungguhnya Allah tidak bosan hingga kalian bosan….(DIriwayatkan Bukhari 1970 dan Muslim 2723)

Nabi salallahu alaihi wasalam menjelaskan dengan perbuatan dan ucapan menunjukkan perhatiannya yang besar dengan bulan mulia ini,dimana kebanyakan manusia melalaikannya,karena menyangka tidak ada kemuliaan dengan berpuasa dibulan sya’ban ini dan bahwasannya kaum muslimin tidak berpuasa kecuali di bulan Ramadhan serta beberapa hari saja sebagai sunnah.

Akan tetapi orang yang mendapat taufiq dari Allah untuk memperhatikan bulan ini,akan mempersiapkan diri dengan bulan penuh kebaikan dan barkah.Maka jangan sampai lalai dibulan sya’ban ini mengikuti contoh Rasulullah shalawatullah wasalamuh ‘alaih.Kemudian bersungguh sungguh dalam berpuasa sebagimana dicontohkan Nabi yang ingin amalannya diangkat kehadapan Allah sedang dia berpuasa,maka didapatkan ganjaran dan pahala ,ketinggian disisi Allah.Diantara faidah lain adalah sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan,maka siapa yang berpuasa sedikit atau banyak dibulan Sya’ban akan terbiasa diatas puasa dan ketaatan.Maka keadaanya ibarat pendahuluan bagi bulan agung dalam melakukan ketaatan.

Oleh karenanya sebagian salaf berebut ketaatan di bulan Sya’ban. Adalah Salamah bin Kuhail berkata:”Bulan ini adalah bulan membaca (alquran).Juga Habib bin Abi Tsabit apabila memasuki bulan Sya’ban berkata “Hadza Syahrul Qurra”( ini adalah bulannya para qori).Dan Umar bin Qois Al Mala-i apabila memasuki Sya’ban menutup tokonya untuk membaca Al Qur’an

Semua ini adalah sebagai persiapan menyambut bulan kebaikan dan barakah yakni Ramadhan.Maka seorang muslim baik sekali untuk mengulang (muraja’ah) hapalan al qur’an di bulan ini,terutama bagi yang memiliki tanggungjawab nantinya didalam sholat taraweh sebelum tibanya ramadhan,sehingga dirinya benar-benar siap mengimami manusia dengan membaca alquran sebagaimana mestinya tidak melakukan kesalahan didalam sholatnya sebagaimana kita saksikan terjadi pada sebagian imam-imam masjid.Semoga Allah tunjukan hidayah pada mereka.

Didalam hadist ini pula terdapat keterangan bahwasannya amalan -amalan yang ditampakkan kepada Allah dibulan ini adalah amalan setahun.Telah datang keterangan lain bahwa amalan ditunjukkan kepada Allah diakhir setiap harinya dan juga dihari senin dan kamis.Imam Ibnul Qoyyim menyebutkan riwayat-riwayat ini kemudian berkata :”Amalan itu diangkat dan ditampakkan kepada Allah ,maka amalan umum diangkat di bulan Sya’ban sebagimana dikabarkan oleh Nabi bahwasannya bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya amalan dimana berkata :”Fa ahibb an yur’fa’ ‘amalii wa ana shoim“.Dan juga ditampakkan amalan sepekan dihari senin dan kamis sebagaimana telah tetap juga dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam .Dan ditampakkan amalan siang di bagian akhir siang dan amalan malam diakhir malam sebagimana dalam hadist Abu Musa yang diriwayatkan Al Bukhari dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam “Diangkat kepada Allah amalan malam sebelum siang, dan amalan siang sebelum masuk malam” Ini menujukkan diangkatnya amalan harian lebih khusus dibandingkan pada hari senin dan kamis.Dan hari senin kamis lebih khusus dari pengangkatan amal di bulan Sya’ban.Kemudia apabil datang ajal maka diangkat seluruh amal dan ditunjukkan kepada Allah kemudian dilipa catatan dan ini proses terakhir… (Thariqul Hijratain (1/133))
Maka marilah segenap kaum muslimini memberikan perhatian khusus pada waktu-waktu mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan ketaatan agar dapat menggapai keridhioan Allah.Segala puji milik Allah ,Rabb langit dan bumi.Dna salawat atas Nabi kita ,semoga shalawat atas NabiNya, sebaik-baik manusia

Sumber: Dari tulisan berjudul Al Ghaflah ‘an Syahri Sya’ban http://www.rayatalislah.com/kalimah/chaabane1430.htm

(*) Penulis lahir di Al Jazair 29 November 1968,mendapat gelar Lc dari Universitas Madinah dijurusan Hadist ditahun 1994 dengan predikat Mumtaz.Gelar Magister diraih ditahun 2000 di Universitas yang sama juga dengan predikat mumtaz di bagian ilmu-ilmu hadist.Adapun predikat Doktor diselesaikannya di tahun 2006 masih dibidang yang sama dan di univeritas Madinah dengan predikat “Mumtaz ma’a martabatil Uula“.Sudah banyak karya beliau baik kitab yang ditahqiq maupun makalah ilmiah.

Sumber: http://salafyitb.wordpress.com/2009/07/26/bulan-syaban-saatnya-murajaah-hapalan/